
Faktanya, penerapan social media campaign yang dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan sia-sia, karena lama-lama audiens juga akan jenuh jika konten yang dibuat hampir serupa, video tanpa makna yang menampakkan kekonyolan semata, dan bahkan pesan brand yang seharusnya menjadi misi utama dalam penyelenggaraan promosi tersebut jadi tak tersampaikan.
Kesalahan ini memang tampak sederhana, malah sering tak disadari. Agar promosi di TikTok bisa sesuai dengan misi dan tujuan yang ingin dicapai, berikut beberapa kesalahan yang sebaiknya tidak Anda lakukan.
-
Tidak Memanfaatkan Reusable Content
Apa yang biasanya Anda lakukan setelah mengunggah satu konten ke TikTok? Kebanyakan brand sibuk memproduksi konten demi bisa terus eksis, namun setelah mengunggah konten demi konten, tak ada lagi yang dilakukan. Konten yang sudah diunggah akan dibiarkan begitu saja hingga akhirnya tak ada lagi yang menonton konten video yang sudah Anda unggah tersebut.
Kebanyakan dari pengguna TikTok hanya menganggap konten video yang diproduksi hanyalah sebagai materi untuk mengisi kekosongan. Padahal seharusnya, Anda bisa memanfaatkan konten lama yang sudah Anda unggah sebagai reusable content, atau konten lama yang kembali dimanfaatkan atau digunakan kembali di lain waktu.
Contohnya: dalam satu minggu Anda memproduksi 7 konten video yang kemudian Anda unggah ke akun TikTok Anda satu persatu. Di minggu kedua, Anda kembali melakukan hal yang sama untuk 7 hari. Nah, di minggu ke-3, Anda bisa saja tak perlu memproduksi konten baru, melainkan konten di minggu pertama kembali Anda unggah, namun dengan modifikasi dan penambahan efek, atau Anda reshare (membagikan) konten TikTok Anda tersebut di media sosial lain dengan maksud, jangkauan audiens dari konten itu menjadi lebih luas.
Dengan memanfaatkan reusable content, pekerjaan Anda jadi lebih ringan. Daripada waktunya habis untuk membuat konten baru, lebih baik maksimalkan dulu keterjangkauan konten yang sudah ada agar dapat menjangkau target market yang lebih luas.
Membagikan ulang konten sebelumnya juga dapat meningkatkan traffic yang sempat hilang dan otomatis video tersebut kembali mendapatkan penonton. Jangan lupa untuk melakukan analisis insight dan engagement yang berhasil didapatkan setiap konten untuk tahu apakah video tersebut sukses mendapatkan penonton atau Anda perlu membuat konten baru lagi.

-
Tidak Mendorong Terjadinya User Generated Content (UGC)
User Generated Content (UGC) adalah promosi konten gratis yang berasal dari konsumen. Konten jenis ini memang sudah banyak ditemukan dalam bentuk foto maupun video review di media sosial, seperti blog, Instagram, TikTok, Twitter, Facebook, bahkan YouTube. Sayangnya, masih sedikit sekali brand yang memanfaatkannya. Padahal kalau semakin banyak pelanggan yang menciptakan konten terkait pengalaman mereka menggunakan produk Anda, kepercayaan pelanggan pada produk dan brand Anda juga akan mengalami peningkatan.
Jika hingga hari ini Anda termasuk salah satu pebisnis yang belum memanfaat UGC, sekarang waktunya Anda untuk mulai lebih memperhatikan dan memanfaatkan UGC ini. Misalnya, produk Anda adalah tas kulit. Lalu, ada pengguna Tiktok yang mengunggah video dan dia sedang menggunakan tas kulit produk Anda sembari melakukan tag dan mention brand Anda.
Segera respons unggahan pelanggan tersebut dengan memberikan komentar pada unggahan tersebut atau ikut bagikan konten itu di akun Anda atau di media sosial lain milik brand Anda. Perhatian sederhana dalam bentuk respons akan membuat pelanggan senang. Di lain waktu tak menutup kemungkinan dia akan dengan senang hati melakukannya lagi atau malah merekomendasikan produk Anda kepada para followers-nya.
Cara lain, buatlah giveaway atau adakan campaign dengan menentukan syarat pembuatan video atau konten tertentu yang wajib diunggah oleh audiens Anda, dan kepada pembuat konten terbaik akan mendapatkan hadiah.

-
Tidak Melakukan Reviewing Performance
Saat konten telah diunggah, lalu Anda membiarkannya begitu saja, kurang lebih seperti poin satu pada artikel ini. Anda hanya fokus pada proses pembuatan konten pemasaran, dan lupa untuk melakukan reviewing performance.
Padahal, reviewing performance konten atau meninjau ulang konten sangat penting. Anda jadi bisa tahu mana konten yang memiliki hasil dan performa yang bagus dan mana konten yang sama sekali tak dilirik audiens. Dari meninjau ulang konten yang sudah Anda buat ini, Anda bisa melakukan perbaikan untuk konten-konten berikutnya agar lebih baik lagi.
Fokus membuat konten saja tanpa peduli, apakah konten itu merupakan konten yang memberi dampak positif pada bisnis atau tidak, hanya akan membuat Anda memboroskan anggaran promosi yang tidak perlu. Sementara jika Anda melakukan analisis dengan memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia di TikTok, seperti view insight yang dapat menunjukkan jumlah kunjungan profil, reach, follow, save, comment, hingga like, Anda jadi tahu langkah digital marketing strategy apa lagi yang perlu Anda lakukan.
Jika masih belum benar-benar memahami cara menganalisis konten promosi yang Anda lakukan, Anda bisa mempelajarinya melalui buku, artikel, bertanya saja kepada Redcomm digital agency Jakarta yang siap membantu Anda.